Uncategorized

Call to Agriculture, For Now?

Penulis di rumah kampung

Gw kembali lagi nih guys! Beberapa minggu ini karena kesibukan berhubung dengan “pengungsian” akibat wabah covid yang belum kunjung reda, blog ini baru bisa diupdate hari ini! Mau tahu? Ikuti cerita selengkapnya!

Awalnya dari doa di persekutuan pemuda

Waktu masa PSBB pertama Tangerang dari awal April – akhir Juni, di sebuah persekutuan pemuda gereja yang gw ikuti hari Rabu, gw meminta teman2 sepersekutuan untuk didoakan agar bisa pulang kampung untuk merayakan natal, ditengah wabah covid 19 ini.

Kemudian dengan masa new normal dimana gw kerja hanya 1 hari seminggu, gw pikir; ah, pasti ada jalan. Tetap bekerja, tetap sehat, tetap semangat.

Eh tiba-tiba guys, outlet restoran tempat gw kerja di mal akhirnya tutup juga. Kali ini tutup total. Ini ceritanya Agustus akhir, masa-masanya tutup buku dan gajian.

Gw sudah ada deal dengan bapak pas PSBB pertama bahwa kalau gw diberhentikan, gw akan pulang kampung. Kampungnya ada di Tarutung. Provinsi Sumut.

Ya. Tano Batak atau Bonapasogit.

Indahnya bulan di rumah kampung. Hal kecil tapi seringkali taken for granted

Urusan administrasi selesai, termasuk rapid testing yang Puji Tuhan hasilnya non-reaktif, waktunya terbang ke kampung.

Terbang New Normal

4 jam sebelum jam keberangkatan.

Bangun dini hari, tiba di bandara 4 jam sebelum jam berangkat. Malah jadinya kecepatan deh! Dengan urusan administrasi yang cepat dengan airline dan KKP (kantor kesehatan pelabuhan), dimana surat keterangan dan hasil rapid wajib ditunjukkan dan juga download aplikasi e-HAC.

Pada dasarnya mengisi kartu keterangan kesehatan secara online.

Nunggu 4 jam, minum teh hangat dan ngemil, dipanggil dan terbang. Lancar, sehat, aman. Semua pakai masker.

Sampai di bandara tujuan, Sisingamangaraja XII – Silangit, kartu keterangan kesehatan diisi, bagasi diambil, langsung cus deh ke kampung!

Penulis di dalam taksi OTW ke kampung… Pulkam lebih dini deh pokoknya!

Jadi sekarang aktivitas lo di sana?

Seabrek.

Terutama bantuin ibu gw sambil belajar budidaya strawberry dan sayur2an. Berkebun melelahkan tetapi juga memuaskan di sisi lain!

Penulis di kebun strawberry di belakang rumah

Kalau ada yang nanya, lu balik lagi suatu saat nanti ke Jakarta? Jawabannya adalah…

Belum tahu. Opsi itu ada. Tapi nih, untuk tahun ini, dengan wabah yang belum reda dengan keadaan gw sekarang, lebih baik di kampung dengan aktivitas seperti berkebun daripada diam saja di Jakarta… Bisa dibilang, libur natal lebih dini adalah jawaban Tuhan atas doa gw.

Hidup harus terus berjalan.

Standard

Leave a comment