Isu anak muda, Pengalaman pribadi, Refleksi/Pelajaran Hidup

New Normal dan Tetap Berpikir Positif

Baru-baru ini penulis kembali ikut persekutuan pemuda di gereja, meski masih secara online. Modelnya sharing-sharing dan doa dalam kelompok kecil, namanya saja persekutuan doa.

Topiknya berfokus ke berpikir positif, pas dengan situasi gw sekarang ini.

Sebenarnya banyak alasan untuk bisa berpikir positif dan juga bersyukur secara pribadi hidup gw:

Pertama, Masih dapat gaji meski nggak full, dengan fakta bahwa perusahaan F&B tempat gw bekerja hanya menjadwalkan gw bekerja 4 kali sebulan sebagai crew back up.

Kedua, masih sehat dan tidak tertular si covid.

Ketiga, lebih ada waktu memasak! Yeah!

Tapi, nih, tapi ya, koin itu ada dua sisi, dan artinya tetap akan ada pikiran-pikiran negatif dalam hidup gw, malah suatu perjuangan untuk menekan itu dan tetap terus berjalan ke depan. Di tempat kerja, di kos, terutama kalau gw pegang hp atau di depan laptop!

Gw nggak bakalan detail deskripsinya karena tidak semua orang bakal bisa mengerti apa yang ada di dalam pikiran gw, tetapi secara garis besar, penganganan wabah COVID 19 (atau di circle pergaulan online gw, CCP Virus, diindonesiakan sebagai Virus PKC atau Partai Komunis China), yang masih belum berakhir, apalagi jika dibandingkan dengan beberapa negara lain.

Alasan lain pikiran negatif itu sering muncul di hidup gw saat ini adalah tekanan untuk menemukan diri terutama skill yang bisa dipelajari, dan itu butuh waktu dan kadang-kadang jadi alasan untuk ragu pada diri sendiri.

Deskripsinya sebagai berikut “orang lain kayaknya mudah ya menemukan apa yang mau mereka pelajari, sedangkan gw perlu beberapa kali ditanya baru bisa ketemu, atau perlu arahan orang tua dulu.”

Nah, kembali ke persekutuan yang gw ikutin kemarin, misalnya ditanya, “lu dapat apa?

Ada satu penatua (di gereja Kristen, ini adalah pemimpin yang dituakan dan dewasa dalam iman) yang tugasnya mendampingi kelompok pemuda yang gw ikutin sampai saat ini, dia bilang begini ke gw, intinya. “Tuhan itu punya rencana, bahkan dalam sebuah sistem yang korup sekalipun Dia punya rencana yang tentunya baik.”

Jelas, doa-doa yang gw naikkan selama ini dan terutama dalam persekutuan bukan mantra yang langsung bisa menyelesaikan masalah. Mungkin saja dalam keadaan mood yang jelek, gw bakal bisa jatuh ke pikiran negatif lagi.

Tetapi hari itu, gw merasa lebih tenang setelah mengatakan itu semua kepada penatua tersebut dan teman-teman gw seiman, dan di dalam prosesnya membiarkan perasaan gw, air mata gw keluar tanpa mereka ketahui.

Sedikit sisipan, saat tulisan ini dibuat gw sedang berbincang dengan seorang psikolog yang mungkin saja bisa membantu gw dalam masalah pencarian skill ini serta juga perkembangan gw selama new normal ini.

Jadi bagaimana kesimpulannya?

Semua akan perlu waktu, tapi gw yakin sedikit demi sedikit dan dengan bantuan keluarga dan saudara di persekutuan gw akan lebih bisa untuk berpikir lebih positif dan menerima apapun situasinya, semua akan baik dan indah pada waktunya.

Selamat terus hidup di new normal! Masih bisa bangun dan makan adalah anugerah tersendiri yang kita seringkali taken for granted

Standard