Isu anak muda, Refleksi/Pelajaran Hidup

Mandok Hata

Pertama-tama gw mau ucapkan Selamat Tahun Baru 2020 dan selamat masuk dekade baru. Ndak terasa kan?? (Sambil membayangkan segelas kopi, dan bukan mau promosi brand coffee shop..)

“MANDOK HATA” Ada yang tahu apa artinya?

Masih penasaran?

Okelah kalau begitu.. kalau masih belum paham juga gw kasih petunjuk: Asalnya dari bahasa daerah. Dan berhubungan sama tahun baru guys!


Mandok Hata itu sendiri asalnya dari bahasa Batak yang artinya “berbicara”.

Ngomong. Curhat. Dll.

Sebenarnya kalau di orang Batak sendiri apalagi yang Kristen, mandok hata ini bukan cuma di malam tahun baru tapi juga di semua acara-acara yang pakai adat; pernikahan, masuk rumah baru, kematian, ucapan syukur tardidi (baptis anak) dan sidi (mengaku percaya).

Khusus malam tahun baru biasanya isi mandok hata itu adalah refleksi diri dan keluarga selama setahun, ucapan syukur, harapan-harapan, dlst. Semua orang wajib hukumnya bicara di depan seluruh keluarga yang berkumpul, dan ini yang bisa bikin lama kalau yang kumpul mencapai 20-30 orang. Ya, orang Batak memang dikenal dengan keluarga “besar” nya. yang kalau natal tahun baru (kalau bisa) berkumpul bersama-sama di kampung halaman apalagi yang masih kental bataknya.

Introspeksi diri dan meminta maaf memang bisa dilakukan kapan saja, tetapi pada malam tahun baru ada kekhusyukannya sendiri.

Keluarga gw sendiri juga termasuk yang melaksanakan tradisi ini setiap tahunnya sebagai bagian dari ibadah tutup tahun dan buka tahun, biasanya dilaksanakan kurang lebih 15 menit sebelum jam 12 malam, karena bagi orang Kristiani, orang percaya, semuanya harus dimulai dan diakhiri dengan doa termasuk ketika masuk tahun baru.

“Apa pendapatmu tentang tradisi tersebut?” Ah, pertanyaan bagus.

Kalau menurut gw, karena (biasanya) yang berkumpul adalah keluarga inti gw (bapak, kakak, ibu, gw) dan dua namboru (saudara perempuan bapak) jadi ibadah sama mandok hatanya ndak terlalu lama. Gw termasuk yang akan meneruskan tradisi ini kelak kalau punya anak.

Di sisi lain banyak yang menganggap acara seperti ini membosankan dan tidak dilakukan lagi atau setidak-tidaknya diubah formatnya seperti misalnya dalam kutipan artikel CNN Indonesia di bawah ini, seorang anak muda Batak namanya Ruth Silalahi. Si Ruth ini dan teman-temannya termasuk yang tidak kental. Mereka biasanya hanya melewatkan tahun baru dengan kebaktian bersama keluarga. Lalu yang muda-muda kumpul dan bakar-bakar BBQ.

Anak zaman sekarang menganggap hal tersebut membuang waktu. Terkesan membosankan karena harus serius mendengarkan,

Ruth Silalahi. Sumber: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160101113031-277-101606/mandok-hata-merayakan-pergantian-tahun-dalam-syahdu

Selain itu Millenials dan generasi di bawahnya pasti pengin hal yang baru dalam memaknai pergantian tahun tanpa harus selalu dihiasi air mata, meski harus diakui bahwa banyak millenials yang memahami esensi tradisi ini tapi berbeda penghayatannya, misalnya dalam kasus si Ruth di atas. Kemudian ada juga orang yang punya pengalaman buruk dengan tradisi ini, dalam hal ini merasa dihakimi karena di beberapa keluarga kalau mandok hatanya cukup orang tua saja yang berbicara, anak-anak cuma dengar thok.

Kesimpulan?

Tradisi yang baik itu harus diteruskan, apalagi bagi kita yang sudah mengaku anak Tuhan yang mengakui bahwa waktu-waktu kita ada di tangan-Nya. Format dan penghayatan boleh beda, tapi jangan sampai esensi imannya jadi luntur.

God bless us all in this new decade!

Standard